Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Bahaya ! Anak Kecanduan Pornograpi : Elly Risman


“Anggukan dan kedipan mata” itu

“Jadi.. bagaimana caranya kamu ngajak temanmu untuk janjian?” Tanya guru yang baik hati itu pada murid laki lakinya yang masih duduk di kelas VI SD.
Mereka sedang membicarakan bagaimana muridnya yang sudah “kenyang” menyantap pornografi setiap hari ini, bikin janji kalau mau ‘ketemuan’ atau ‘jalan’ dengan teman sekelasnya.

“Yah, aku cuma lihat dia, ngangguk dan angkat alisku sedikit, gitu aja. Dia sudah tau kok kalau aku ‘ngajak’!”, jawab murid itu santai. “Begitulah bu, saya jadi lemes dengarnya. Segampang itu bu!”jelas bu guru ini kepada saya dalam sebuah pertemuan yang kami lakukan antara saya dan guru guru sebuah perguruan yang memiliki jenjang pendidikan dari PG sampai SMP di sebuah kota.

“Iya, ibu!, saya sudah lama faham bahwa kalau sudah sampai pada tahapan untuk melakukan ‘acting out’ dalam bentuk apa saja, pembicaraan diantara anak anak ini menjadi sangat singkat dan sederhana” jawab saya lesu. Tenaga saya serasa terserap habis mendengarkan berbagai cerita yang dikisahkan oleh guru guru tersebut dari berbagai kelas dan jenjang pendidikan yang berbeda.Di dalam hati, saya menyeru : “Ya Rabbana, semua yang saya takutkan sejak dulu kini jadi keyataan!”. Air mata saya berderai..

Dimata saya dan teman teman, bapak ibu guru ini mujahid semua. Begitu mereka pertama kali tiga tahun yang lalu mendapatkan informasi dari saya tentang bahaya kerusakan otak yang mungkin terjadi karena pornografi, mereka langsung menyelenggarakan pelatihan SEMAI (Selamatkan Masa Emas Anak Indonesia 2045). Pelatihan ini memungkinkan pesertanya menjadi ‘penyampai kembali’ materi tentang bencana pornografi (P) ini kepada orang lain disekitarnya. Bapak ibu guru ini langsung membuat kelompok kelompok kecil dari orang tua yang berminat untuk belajar parenting dan kemudian bekerja sama melindungi anak anak mereka.

Dengan pengetahuan yang diperoleh dari pelatihan itu pulalah, mereka jadi punya ketrampilan untuk mendekat kan hati, berkomunikasi dengan sangat terbuka dengan murid murid mereka sehingga bisa mendapatkan beragam informasi yang mengejutkan jiwa seperti diatas. Saya sungguh terkesima dengan ketrampilan mereka . Saya memang berusaha memenuhi harapan mereka yang sudah jauh jauh hari disampaikan lewat staf saya untuk bertemu dan membahas ‘temuan lapangan’ yang mereka peroleh kalau saya berkunjung ke kota mereka

Saya ingin berbagi dengan anda, bahwa apa yang anda dengar dan lihat di ‘dunia maya’ tentang perilaku seksual beresiko anak anak dengan berbagai tema itu : Nyata!, dan sudah sangat luas terjadi. Salah satu buktinya adalah cerita pendek saya diatas.

Selain itu, penelitian ilmiah yang baru saja selesai kami lakukan terhadap 30 anak usia 12 -16 tahun, adiksi dan tidak adiksi P juga membuktikan hal yang sama, bahwa anak anak (usia SD) yang telah kecanduan P ( diketahui dengan menggunakan alat ukur yang sudah divalidasi untuk usia mereka ) memang telah berani melakukan kegiatan seksual beresiko, karena bagian kontrol/ kendali diri atau BRAKING SYSTEM di bagian depan otak mereka telah mengalami penurunan fungsi!!. Dengan kata lain REM PENGENDALIAN dirinya : BLOOOONG!!.

Hal ini sulit sekali dikenali oleh para orang tua, karena kecanduan P tidak Nampak seperti halnya kecanduan Narkoba!. Selain itu para orang tua yang hanya memprioritaskan KEBERHASILAN AKADEMIS anaknya saja, juga tidak segera menyadarinya, karena kecanduan P berkorelasi rendah dengan keberhasilan akademis.



Ortu akan merasa aman dan umumnya akan mengatakan seperti ini :”Ah, gak mungkin anak saya kecanduan P, wong dia tetap rangking dikelasnya !”. BENAR!, terbukti secara ilmiah! Tapi anak bapak ibu itu bisa saja melakukan maksiat atau berbagai bentuk perilaku seksual beresiko tanpa anda ketahui!. GIMANA?

Jadi inilah himbauan saya : 1. Bapak ibu ketahuilah bahwa hasil penelitian ilmiah yang baru saja selesai kami lakukan, menunjukkan bahwa: Berbagai gangguan fungsi otak pada anak dan remaja yang KECANDUAN PORNOGRAFI = KECANDUAN NARKOBA!! . Sadari benar maknanya dan sampaikan kepada anak dalam bahasa yang dia mengerti sesuai usia, tingkat kecerdasan dan tipe kepribadiannya.

2. Anak anak yang jatuh dalam kecanduan ini umumnya adalah anak anak yang sejak kecil kebutuhan jiwanya dan berbagai aspek perkembangan emosi dan spiritualnya kurang terpenuhi dengan baik oleh kedua orang tuanya. Kalau hutang dibank saja kita ciciI, maka hutang jiwa yang sengaja atau tidak sengaja telah dilakukan oleh orang tua ini harus lebih segera dicicil untuk dipenuhi.

3. KOMUNIKASI umumnya sengaja atau tidak sengaja secara turun temurun berlangsung sangat tidak patut, antara ortu dengan anak anaknya sejak mereka kecil. Apalagi di era Wassap dan Line ini, percakapan tatap muka jadi terbatas dan akibatnya bagi perkembangan jiwa anak dan remaja semakin buruk saja. Akibatnya adalah berpuluh jenis emosi negatif tumpuk bertumpuk dalam jiwa dan fikiran anak yang membentangkan jarak antara mereka dan orang tuanya nyaris tak bisa diukur dengan kilometer!. Sesak jiwa itu perlu mencari jalan keluar segera, dan itulah yang membuat mereka menjadi penikmat narkoba yang kini masuk negeri ini ber ton ton dalam sepekan dan entah kemana perginya serta pornografi di ujung buku jari tangan dari fasilitas dan perangkat canggih yang sengaja disediakan ortunya!.

Tidak ada jalan lain bagi kedua orang tua kecuali merekatkan kan lagi renggangan jiwa dengan anaknya, dengan sendiri sendiri atau bersama minta maaf setulus hati tentag semua keliruan selama ini pada anaknya.
Kemudian belajarlah untuk :
a.Membaca bahasa tubuh anak
b.Menebak perasaannya, dengarkan dan belajar MENERIMANYA.
c.Punya waku dan bersedia memahami apa yang DIRASA kan dan DIALAMI anaknya

4. Dengan memperbaiki komunikasi inilah orang tua dapat memaklumi apa saja masalah dan kesulitan yang dialami anak selama ini, sekaligus berbagai informasi tentang P yang telah diketahui anak: Darimana/ atau siapa, bagaimana perasaannya ketika mengetahui hal ini, apa yang dia lakukan, kapan, mengapa, sendiri atau bersama orang lain , dan apa yang dia rasakan sekarang ini, apa dia butuh pertolongan ortunya atau tidak. Bayangkanlah kalau komunikasi antara ortu dan anak selama ini hanya terbatas pada Perintah dan Larangan semata?. Inilah akibatnya bila pengasuhan hanya sempat berlangsung di sisa sisa waktu saja, di ‘sub kontrakkan’ ketangan orang lain pula dan … DIALOG serta BERCENGKRAMA sudah lama jadi barang langka dikeluarga.

5. Ortu berkewajiban menjelaskan pada anak sesuai dengan usia, tingkat kecerdasan dan tipe kepribadian anak tentang:”Apa itu Pornografi dan Dampak negatifnya”. Alhamdulillah, sudah bertahun tahun sumber informasi sudah kami bantu sediakan di dunia maya dalam link berikut ini

Bahaya pornografi pada Anak
6. Selanjutnya ortu harus duduk untuk membuat perencanaan kedepan, bagaimana anda berdua secara jujur memperbaiki hubungan selaku pasangan bila perlu, agar anda bisa : memenuhi kebutuhan kasih sayang, emosi dan spiritual anak anak anda dengan sebaik mungkin.

7. Tambal semua bolong bolong soal keimanan, ketakutan pada Allahnya, kecintaan pada Rasul dan Kitab sucinya, ibadahnya secara bertahap tapi pasti. Soal Ibadah dan akhlaknya yang umumnya kalau sudah kecanduan pasti : amburadul, karena gangguan fungsi otak bagian depan yang menurun.
8.Jelaskan pada anak Perintah Allah tentang keharusan bagi mukmin dan mukminah untuk MENAHAN PANDANGANNYA DAN MENJAGA KEMALUANNYA .Buka Al Quran baca bersama minimal surat An Nur ayat 30 dan 31. Cek pemahamannya dan jelaskan semampu anda dengan sekali lagi gunakan bahasa yang sesuai dengan usia, tingkat kecerdasan dan tipe kepribadian mereka. Lalu tanyakan bagaimana caranya, apa saja yang harus dilakukan untuk menahan pandangan dan menjaga kemaluan sesuai perintah Allah itu.

Ini harusnya merupakan bagian dari persiapan akil baligh yang anda lakukan sebelum anak sampai umurnya/baligh. Lakukan segera dan genapkan. Tentu saja semua ini tak mungkin anda lakukan, kecuali menyediakan waktu, mematikan Hape dan bicara dengan anak anak satu demi satu. Hindari mengumpulkan mereka, cari gampang "biar sekalian" ngomongnya. Anda harus melakukannya sangat personal, dari hati kehati dan pastikan mereka faham benar dan mampu melakukannya.

Sebaiknya pertemuan dimulai oleh ayah dan ayah mengambil bagian dalam semua ini. Sekali dimulai hal ini harus dilakukan secara berkala dan teratur, sehingga bagi anak jelas apa yang diharapkan padanya dan apa yang harus dilakukannya.

9. Lakukan Role Play atau bermain peran dengan masing masing anak anda bagaimana kalau:
a. Ada temannya, guru atau orang dewasa lainnya yang membujuk, memaksakan mau menunjukkan atau bercerita tentang gambar, games, situs porno.
b . Ada temannya, guru atau orang dewasa lainnya yang mengajak bahkan memaksakan untuk menyentuh bagian tubuhnya yang intim atau tidak boleh
disentuh oleh orang lain.
Anda jadi teman atau orang dewasa lain itu dan ajarkan anak untuk menolak dengan tegas, lari, berteriak atau segera secara berani melaporkan pada orang dewasa lain yang berada disekitar situ. Mengajarkan atau memerinntah saja tanpa anda Role Playkan sangat tidak memadai, karena anak dan remaja berfikirnya konkrit.

10.Ambil segera keputusan, bila anda keduanya sibuk mencari nafkah atau terlibat berbagai kegiatan/ aktivitas untuk :salah satu harus ada yang berkorban agar bisa mendampingi dan menyelamatkan anak. Umur tidak tentu, bisa anda duluan atau anak yang duluan, bukan?. Jangan pulangkan anak kepada sang Pemberi amanah yang dulu dianugrahi kesempurnaan otaknya, kini kembali dalam keadaan “bonyok!”. Lagi jawab apa nanti di Mahkamah Hisabnya?.

8. Anak anak ini harus dididik kembali untuk menyembah Allahnya dan mendekat diri kepadaNya untuk mengharapkan keampunan dan kasih sayangNya agar bisa sembuh dan keluar dari kecanduannya. Selain itu mereka juga perlu pendampingan karena mereka harus mempunyai “kegiatan pengganti” dari kenikmatan yang didapatkannya nya dari pornografi. Bagaimana mungkin mereka melakukannya sendiri ? .

Jadi bersegeralah wahai ayah bunda!!. Dengan sigap rengkuhlah dengan segera anak anda yang sudah atau di tubir bencana. Uang yang anda kumpulkan dengan menomer duakan mereka, saya kawatir tak akan cukup untuk membayar berbagai upaya mengembalikan fungsi otaknya yang sudah terganggu. Lagi pula masa depan yang bagaimana yang diharapkan dari anak yang seperti itu.

Percayalah, tidak ada kata terlambat bagi seorang yang meng imani ada Allah. Berikhtiarlah semaksimal mungkin dan balut semua ikhtiar itu dengan doa.. Selamat berjuang !!

Bekasi, 25 Februari 2018
Elly Risman
#Parenting era digital

Mohon tolong di share seluas luasnya, terutama bagi saudara, keluarga dan teman dekat anda. Tolong sampaikan salam saya pada mereka:Berhentilah memberikan gadget ketangan anak sebelum 13 tahun!

Data terakhir yang kami peroleh dari berbagai kota tingkat dua, menunjukkan bahwa ortu memberikan anaknya gadget pada usia BATITA DAN BALITA , lebih tinggi dari pada ANAK SD. Andai saja mereka sadar apa akibatnya !

Terima kasih sebelumnya untuk upaya Anda.

Post a Comment for "Bahaya ! Anak Kecanduan Pornograpi : Elly Risman"